Perempuan Dalam Beragam Indeks

Dari sudut pandang ekonomi, mencoba berkembang tanpa memberdayakan seluruh potensi perempuan adalah seperti berjuang dengan satu tangan terikat di belakang. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan salah satu kunci untuk menggerakkan mesin pertumbuhan dan ketahanan ekonomi.

Ringkasan Eksekutif
Analisis McKinsey menyebutkan, dengan mendorong kesetaraan perempuan bisa menambah US$4,5 triliun pada Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara Asia Pasifik secara kolektif pada 2025. Jika dibandingkan kondisi apa adanya (business as usual), penambahan tersebut sekitar 12%. Khusus untuk Indonesia, penelitian, PDB pada 2025 akan bertambah 8,9%, menjadi sekitar US$135 miliar.

Menurut survei BPS, Indeks Pembangunan Gender di Indonesia masih timpang, walaupun terus bergerak naik. Angkanya masih di bawah 100, yang mengindikasikan capaian perempuan masih di bawah laki-laki. Pada 2021 misalnya, skor indeksnya 91,3. Kian dekat dengan 100, yang berarti setara dengan capaian laki-laki.

Secara nasional, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) pada 2021 mencapai 76,3. Dalam 10 tahun terakhir, angkanya terus menanjak. Provinsi Kalimantan Tengah tercatat sebagai wilayah dengan IDG tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai 82,1. Tiga daerah lainnya yang berada di atas rata-rata nasional: Sulawesi Utara, Maluku
Utara, DI Yogyakarta.

Pada 2014, keterlibatan perempuan di Parlemen hanya 17,3%, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 18,0%. Bahkan selama 2014-2018 pertumbuhannya membeku. Baru pada 2019, keterlibatan perempuan mengalami peningkatan. Pada 2021 keterlibaan perempuan secara nasional mencapai 21,9%.

Dari sebaran wilayah, pada 2021, Kalimantan Tengah menjadi satu-satunya provinsi yang memenuhi target perempuan dalam Parlemen, yaitu 33,3%. Ada enam daerah lainnya yang rata-rata keterwakilan Parlemen berada di atas nasional yang 21,9%: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara.

Peran perempuan di dunia profesional mengalami pasang surut. Dari sisi provinsi, Sumatera Barat, Gorontalo dan Sumatera Selatan menjadi tiga provinsi dengan rata-rata persentase perempuan yang bekerja profesional tertinggi di Indonesia pada 2021. Sementara Papua, Kalimantan Utara dan Papua Barat tercatat sebagai tiga provinsi dengan rata-rata persentase perempuan pekerja profesional terendah di Indonesia.

Secara nasional, porsi atau jatah perempuan masih jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki. Dari total upah misalnya, porsi perempuan hanya 36,5. Ini mengisyaratkan bahwa rata-rata perempuan dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki. Di tingkat provinsi, Nusa Tenggara Timur menjadi wilayah dengan porsi pendapatan perempuan tertinggi. Selain itu, ada empat provinsi lain yang pendapatan perempuan berada di atas rata-rata nasional yang 37,2%, yaitu DI Yogyakarta, Bali, DKI Jakarta dan Sumatera Barat.

Secara umum, Indeks Pembangunan Gender di Indonesia terus mengalami peningkatan, setidaknya dalam 10 tahun terakhir: dari 90,1 pada 2012 menjadi 91,3% pada 2021. Memang terjadi penurunan sebesar 0,2% pada 2016 dan 0,01% pada 2020, tetapi tidak signifikan. Ini menunjukkan bahwa kesenjangan gender selama 10 tahun terakhir terus mengecil.

Unduh Whitepaper di: https://drive.google.com/file/d/1EPkpO0-41oy3E-5vhEnWH5OHUDNwFZiF/view?usp=sharing

Sumber: Datanesia.id